empati

Jadilah manusia yang berempati tinggi, walau sulit, tetaplah berusaha...Karena itulah hal yag membuat kita tidak akan meremehkan orang lain...

Selasa, 20 Oktober 2009

Dalam Kelengahan Ini



Ketika hati seenak jidat ingin mengisi jiwa ini dengan sekelumit kegembiraan...Ya, itulah tanda bahwa hati sedang resah, gundah gulana, dan pastinya tak menentu. Berbagai cara dicoba dalam rangka menggembirakan hati sendiri. Entah akan berhasil atau tidak, yang pasti aku sedang mencobanya..


Segala perencanaan dan jadwal yang dibuat sendiri maupun yang dibuat oleh orang lain untuk kulakukan, semua kujalani dengan semampu yang bisa kulakukan. Ya, semampunya. Mengingat kata semampunya, membuatku merasa diriku belum cukup mampu memaksimalkan potensiku dalam menjalankan berbagai kegiatan tersebut. Aku belum mampu melakukan hal yang maksimal hingga mendapatkan hasill yang memuaskan. Ya, aku belum puas. Aku belum puas dalam menyelesaikan tugas-tugas yang telah berlalu tersebut.

Menginga pengelaman terdahulu saat masih di bangku SD-SMA. dalam setiap kegiatan yang akan kujalani, dalam setiap tugas dan ujian yang wajib ditempuh, kadang ada yang kulakukan maksimal, kuabaikan, atau kulakuakan hanya dengan cara yang biasa-biasa saja. Walau sebenarnya, dalam setiap sebelum hal itu kulakuakan, aku selalu menyimpan niat untuk mendapatkan hasil setinggi-tingginya dan dengan dorongan motivasi yang kurajut agar mendorong kemampuanku semaksimal mungkin (bukan semaksimal kemampuanku saat itu). Setiap kegiatan itu selesai kulakukan, setiap hasil sudah didapatkan dan hasilnya tidak sesuai niat dan target, aku selalu terlihat lapang dada dalam menghadapinya. Walau hati memang menyimpan sedikit kekecewaan. Ya, hanya sedikit dan tidak menimbulkan efek negatif lainnya (melamun dalam jangka waktu lama, melupakan beberapa hal, tidak konsentrasi, pusing, malas, dan melakukan sesuatu tanpa perencanaan tertentu). Alhamdulillah bila ternyata hasil yang didapatkan adalah hal yang memang diniatkan, atau kadang hasil tersebut melebihi jauh di atas perkiraan terbaik. Hmm....langsunglah diriku ini merasa berbahagia sangat! Dengan senyum manis selalu terkembang, pikiran fokus tanpa gangguan stimulus negatif, semua hal terencana dengan baik, kebanggan memuncak, dan efek positif lainnya.

Namun, apa yang kualami saat ini adalah sudah bukan seperti yang kualami dulu. Mungkin karena proses pendewasaan yang semakin meningkat. Ujian hidup pun "terasa" sangat berat kujalani. Entah karena dulu aku masih tinggal bersama keluargaku, dan sekarang aku hanya hidup bersama teman-teman saja, atau memang karena kemampuanku yang semakin menurun karena tidak terlatih lagi????

Setiap masalah yang kuhadapi saat ini dirasakan seperti suatu hal yang sangat berat dan sulit kulupakan. Kalau dulu aku masih bisa tertawa dan tersenyum saat "ujian berat" itu muncul, kalau dulu aku masih bisa melakukan aktivitasku seperti biasanya tanpa hambatan buruk karena pikiran yang "dirasa" amat sangat kacau, kalau dulu aku tak perlu terlalu mudah kehilangan memoriku.......Saat ini tidak.

Entah mengapa, aku jadi orang yang cepat lupa. Tidak fokus pada hal yang penting, acuh pada hal tertentu yang seharusnya jadi perhatian utama, dan hal lainnya yang membuatku "merasa" kemampuanku beberapa dinyatakan "hilang".

Anggapan orang-orang yang baru masuk dalam kehidupanku saat ini pun sepertinya tak jau dari itu. Rabbi....inikah teguranmu agar aku terus memperbaiki diriku??


Sebenarnya aku ingin seperti dulu, walau memang dulu sempat ditegur oleh orang tua sendiri "Kamu kalo udah tau hasilnya seperti itu jangan cuek-cuek aja. Pikirin kek cara biar ga terulang lagi,"....
Laaaaaahhh.....itu memang caraku agar aku tidak terpuruk dalam kekecewaan yang "lebay". Untuk masalah dalam hal mengatasi hasil tersebut, tentunya aku juga memikirkannya. berpikir ulang apa yang menjadi faktor kesalahan dan berusaha agar tidak lagi terulang.
Entah mengapa sejak masuk kuliah, hal itu tak bisa kuulangi lagi. Aku justru sering sekali terpuruk dalam keadaan tersebut. Aku merasa putus asa dan tak lagi berpikir untuk memperbaikinya. Rabbi,..maafkan aku karena aku telah mendzalimi diriku sendiri....

Untuk hari ke depan!!!!
Jangan sampai hal-hal buruk terulang lagi!!!
Amiiinn..............

Tidak ada komentar:

Posting Komentar